Jumat, 08 Mei 2009

Para Guru dari Ayahanda Chalid Bermawie

Guru Imam Aspuri alm.
GURU TERAKHIR

Adalah guru Imam Aspuri, Ayahanda Chalid Bermawie paling lama belajar tarekat, yakni sejak tahun 1980-an hingga sang guru wafat sekitar tahun 2005. Pertemuan pertama Ayahanda dengan guru Imam Aspuri adalah di kediaman keluarga Abdul Hamid Bermawie di Jalan Kepu Timur (terletak antara Jalan Kepu Dalam IV dan Kepu Dalam V). Hingga saat ini, Imam Aspuri-lah guru terakhir tempat Ayahanda menimba ilmu.

PARA GURU SEBELUMNYA

Seperti kebanyakan orang Betawi waktu itu, Ayahanda sudah belajar Qur'an sejak usia amat belia. Bukan cuma belajar membaca, namun juga mengkajinya. Kebetulan sekali, pada zaman Ayahanda masih muda, di daerah tempat Ayahanda dibesarkan, yakni Kemayoran, menetap beberapa alim ulama kharismatik. Beberapa nama alim ulama yang biasa didatangi Ayahanda adalah mualim Sa'idan di Kemayoran, mualim Jaeni di Gang Ketapang, Kemayoran, mualim Syafi'e Hadzami di Kemayoran, dan Kyai Tubagus Zaenuddin di Balaraja, Banten. Selain itu, ayahanda juga belajar tentang muamalah kepada sang ayah (kakek penulis), Haji Abdul Manaf Bermawie dan tentang 'rasa' dan 'budi' kepada Raden Anang Daryan Jayadikusumah di Tasikmalaya (kakek penulis; ayah dari Ibunda).

Kepada mualim Syafi'e Hadzami, Ayahanda cukup lama belajar. Ayahanda pernah hingga beberapa waktu ketika mualim masih menetap di kemayoran, menjadi pendamping, layaknya ajudan kemana-mana membawa tas mualim (hal ini dapat menggambarkan intensitas pertemuan beliau berdua). Pada saat kakek Penulis (Haji Abdul Manaf Bermawie) wafat, mualim Syafi'e Hadzami menyempatkan datang dan meng-imami shalat jenazah waktu itu (konon, nama depan Penulis pun adalah pemberian sang mualim; pemberian nama itu pada sebuah pengajian di Gang Kadiman, dimana Ayahanda membawa diri Penulis yang masih bayi).

1 komentar: